Tuesday, November 15, 2016

SEJARAH SURADE


Assalamualaikum !
sampurasun dulur !

ngahaturkeun nuhun ka para pembaca utamina ka para panalungtik sejarah, sejarah surade anu bade ku urang diguar iye minangka rasa kareueus salaku urang surade bisa hirup di surade gede di surade paku maha di surade jadi urang surade cinta ka surade jeung hayang ngamajukeun daerah sorangan nyaeta daerah surade, hiji katansgtuan yen saha nu cinta ka bangsa na pasti nyaho ka sejarahna, dupi eta nu ngajadikeun penulis ngabahas sejarah surade , ku sabab kacintaan ka surade sareng hoyong ngabagi kacintaan iyeu utamana ka urang surade sareng umumna mah keur urang sadayana anu mikacinta kana sejarah.

bubuka kalayan nyebat jenengan Allah anu maha welas maha asih tos maparinan hirup jeung kahirupan keur urang sadayana, hirup kumuh di alam dunia iyeu ngagaduhan kawajiban nyatana kangge ibadah, ari ibadah rupi-rupi bentukna rupi-rupi jenisna.

naon atuh ari surade teh, naha bisa ngaranna jadi surade, kumaha sejarahna bisa aya tempat anu ngaranna surade, sateuacan medar sejarah surade perlu kauninga yen sejarah surade teh teu leupas tina sejarah-sejarah karajaan anu aya di nusantara iyeu nu baheulana ngawasa ka daerah-daerah tatar sunda, sejarah surade oge kitu aya pakuat pakait jeung karajaan - karajaan anu ngawasa khsusna tanah sunda wewengkon pulo jawa bagean kulon. 

“Iling-iling alang-alang geremet ngarayah manah nyebar sakujur awak”.tiap tempat di bumi ini tentu mempunyai asal-usul serta cerita historisnya masing-masing. Begitu juga pada tulisan ini penulis akan mencoba menjabarkan, menceritakan, membuka tabir kebenaran tentang asal mula penduduk Jampangkulon, sejarah surade jampangkulon, yang sekarang menjadi sebuah kecamatan di Kabupaten Sukabumi. Penulis berhasil mengumpulkan beberapa tulisan kuno tentang sejarah surade serta tulisan dari berbagai sumber juga hasil diskusi pada tahun 2012 dengan narasumber Asep S. Permana serta putranya Endar S. Permana yang merupakan keturunan asli dari leluhur Jampang Kulon surade. Kebenaran sejarah tidaklah tunggal, kalimat itu yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk terus mencari informasi tentang heterogennya pernyataan sejarah khususnya sejarah surade, itu semata untuk ilmu pengetahuan serta pembelajaran moral yang baik dari setiap kisah yang ada di dalamnya. Karena, semangat sejarah, membaca sejarah, dan mengetahui sejarah dapat membuat individu bangsa lebih bijak menghadapi perkembangan zaman. Indonesia bangsa yang besar, pada masa lampau. Brak mangka nyampak nu disungsi ti kamari ayeuna mangkana salse urang bukakeun lalangse sejarah katurunan surade. Keturunan Fatimah binti Muhammad SAW.Keturunan Jampangkulon menurut Asep S. Permana adalah dari Fatimah Az Zahra binti Muhammad SAW. yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib keponakan Muhammad SAW, anak dari Abu Thalib paman beliau. Ali bin Abi Thalib mempunyai anak-cucu yang berpengaruh pada zamannya sampai turun pada Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang mempunyai anak Maulana Hasanuddin dan cucu bernama Maulana Yusuf yang merupakan ayah dari Maulana Muhammad (Sultan Banten) mempunyai buyut Sultan Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa) sampai kepada Rd. Mas Surawijangga (Embah Emas). Berikut silsilahnya:
  1. Ali bin Abi Thalib
  2. Husein bin Ali
  3. Ali Zaenal Abidin
  4. Muhammad Al Bakir
  5. Ja’far As Sidiq
  6. Ali Al Araidi
  7. Muhammad An Naqib
  8. Isa An Naqib
  9. Ahmad Al Muhajir
  10. Ubaidillah1
  11. Alwi bin Ubaidillah
  12. Muhammad bin Alwi
  13. Alwi bin Muhammad
  14. Ali Halil
  15. Muhammad Sahib Marbat
  16. Amir Abdulmalik
  17. Abdillah Syahan Syah
  18. Ahmad Syeh Jalal
  19. Maulana Jamaluddin (Husen)
  20. Ali Nurul Alam
  21. Abdullah Umtanuddin (Raja)
  22. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
  23. Maulana Hasanuddin
  24. Maulana Yusuf
  25. Maulana Muhammad (Sultan Banten)
  26. Abu Mafahir
  27. Abu Maali Ahmad
  28. Sultan Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa)
  29. Rodin Rum (Pangeran Papak)
  30. Rd. Aria Adipati Jagabaya (Dalem Sawidak)
  31. Rd. Mas Surawijangga (Embah Emas)
Patutlah berbangga dengan keturunan penduduk Jampangkulon surade sebab Allah SWT. memberkati nikmat sebagai keturunan Rasulullah SAW. serta anak cucu dari para ulama dan raja.Para Bupati Ciamis Setelah Adipati Jayanagara
  1. Rd. Adipati Arya Panji Jayanagara/ Rd. Yogaswara/ Mas Bongsar (1636-1678). Dimakamkan di Ciwahangan Girang.
  2. Rd. Adipati Arya Anggapraja (1678). Tidak lama menjadi bupati karena tidak mau bekerja sama dengan VOC.  Dimakamkan di Pakuncen.
  3. Rd. Adipati Anggananya (1678-1693). Dimakankan di Ciwahangan Hilir.
  4. Rd. Adipati Sutadinata (1639-1706), dimakamkan di Gunung Ardilaya.
  5. Rd. Adipati Kusumahdinata I (1706-1727). Dimakamkan di Majagandalor.
  6. Rd. Adipati Kusumahdinata II (1727-1732). Dimakamkan di Majaganda Kidul Gegempalan.
  7. Rd. Aria Adipati Jagabaya/ Dalem Sawidak (1732-1751). Dimakamkan di Tanjung Manggu.
  8. Rd. Adipati Kusumahdinata III (1751-1801). Dimakamkan di Gunungsari Imbanagara
  9. Rd. Adipati Natadikusumah (1801-1806).
  10. Adipati Suryapraja (1806-1811). Dimakamkan di Gunung Sari Imbanagara.Pada masa ini Gubernur Jendral Daendels tahun 1811 diganti oleh Jansen dikarenakan Daendels dianggap tak mampu melawan serangan Inggris dibawah kepemimpinan Gubernur Jendral Raffles. Kemudian pada masa kepemimpinan Raffles dilakukan perubahan-perubahan wilayah administrasi di Galuh. Kabupaten Galuh Imbanagara harus melepas wilayah Pasirpanjang, Manonjaya, Cijulang, Padaherang, dan Kawasen supaya disatukan ke dalam wilayah Kabupaten Sukapura termasuk wilayah-wilayah Nusakambangan, Sidareja, Majenang, Dayeuhluhur, Pagadingan. Wilayah timur Citanduy Kabupaten Ciamis disatukan ke Banyumas.
  11. Rd. Tumenggung Jayengpati Kartanagara (1811-1812).12.         Rd. Tumenggung Natanagara, berasal dari Cirebon (1812).
  12. Rd. Pangeran Sutawijaya (1812-1815), berasal dari Cirebon.
  13. Rd. Tumenggung Wiradikusumah (1815-1819). Dimakamkan di Cigadung Imbanagara.Beliau ini yang mengalihkan pusat pemerintahan kabupaten Galuh dari Imbanagara ke Ciamis. Nama Kabupaten Galuh Imbanagara diganti menjadi kabupaten Galuh. Pada saat ini pemerintahan di Jawa sudah dikuasai lagi oleh Belanda dengan (Gubernur Jendral Van der Capellen).
  14. Rd. Adipati Andikusumah (1821-1839). Dimakamkan di Gunung Galuh Imbanagara.Pada masa ini Kabupaten Kawali dan Kabupaten Panjalu masuk wilayah administratif Kabupaten Galuh.
  15. Rd. Adipati Arya Kusumahdiningrat (1839-1886). Dimakamkan di Jambansari Ciamis.
  16. Rd. Adipati Kusumahsubrata (1886-1914). Dimakamkan di Sukasirna Ciamis.
  17. R.T.A. Sastrawinata (1914-1935).Pada saat itu Kabupaten Galuh diganti menjadi Kabupaten Ciamis.
  18. R.T.A. Sunarya (1935-1944) berasal dari Sukapura.Pada tahun 1939 wilayah-wilayah Kewedanaan: Banjar, Pangandaran, dan Cijulang yang awalnya masuk ke wilayah Kabupaten Sukapura disatukan ke wilayah Kabupaten Ciamis.
  19. Rd. Ardi Winangun (1944-1946). Mantan Bupati yang memimpin setelah kemerdekaan Indonesia.Dari Galuh ImbanagaraAlkisah, Rd. Mas Surawijangga (Embah Emas) adalah putra Adipati Jagabaya, terkenal dengan julukan Dalem Sawidak, diangkat menjadi Wedana di Panjalu Imbanagara Ciamis.Rd. Aria Adipati Jagabaya Bupati Galuh, pada masa pemberontakan Pangeran Diponegoro (1825-1830), Galuh dan Panjalu diberi perintah olah Mataram yang saat itu dalam kekuasaan Belanda, agar mempersiapkan pasukan untuk mencegah pasukan Diponegoro di tepi sungai Citanduy.Rd. Mas Surawijangga menentang perintah tersebut kemudian akhirnya bermusyawarah dengan saudara-saudaranya,. Hasil musyawarah, lahirlah sebuah keputusan untuk minggat (bukan kabur karena takut) secara diam-diam.Rombongan yang minggat jumlahnya kurang lebih 40 keluarga, ditambah empat saudaranya, tiga saudara laki-laki, satu saudara perempuan. Berangkat melalui jalur laut di pantai selatan Pulau Jawa, Berlabuh di Cilauteureun, selanjutnya berjalan kaki menyusuri sungai Cikaso ke arah hulu, hingga sampai di sebuah penyebrangan (Sunda Peupeuntasan).Saudaranya yang empat diantaranya 
  • Saudaranya yang perempuan meninggal di perjalanan, dan dimakamkan di Teluk Jati, di tepi sungai Cikaso.
  • Saudara laki-laki yang pertama bernama Rd. Mas Martanagara, menetap di kampung Karadenan, sekarang bernama Cibitung. Setelah meninggal kemudian dimakamkan di Karang Bolong (Hutan Lindung Jati/ Leuweung Tutupan Jati)
  • Saudara kedua laki-laki bernama Rd. Surianatamanggala, alias Eyang Santri Dalem, menetap di Cigangsa  hingga akhir hayatnya. Dijuluki Embah Cigangsa.
  • Saudara ketiga laki-laki bernama Rd. Bratadikusumah alias Embah Bungsu (Nama asli Bratadikusumah ada dalam perbendaharaan sastra Bapak Ikin Ardisoma yang bertempat tinggal di Peuntas, sekarang Purwasedar Jampangkulon), menetap di Hulu Sungai Cicurug Pamerangan (sekarang kampung Purwasedar 2) di sekitar mata air Cicurug.Rd. Mas Surawijangga sendiri berbenah diri dan menetap di Paimbaan (sekarang Panimbaan) dan dimakamkan di pemakaman umum Pasir Pulus Jampangkulon. Nama Cicurug Pamerangan berubah nama oleh tokoh Pangeran Jampang Manggung, salah seorang putra Residen Cianjur yang membagi tanah Jampang menjadi tiga wilayah.
  1. Jampang Tengah dengan Pusat kota berada di Cimerang, yang sekarang bernama Bojonglopang, dipegang oleh Rd. Puradibrata.
  2. Jampang Wetan, awal mula pusat pemerintahan terletak di Sukanagara Cianjur, dipegang oleh Rd. Bratamanggala.
  3. Jampangkulon, awal pusat kota di Kebon Kacang, pindah ke Waluran, terakhir dipindahkan ke Cicurug Pamerangan, sekarang Jampangkulon.Syahdan, ayahanda Bupati Galuh, sangat kecewa mengetahui putranya minggat, Panjalu kosong (Vacum of Power). Lalu  beliau mengutus Senapati Brajanata (saudara misan Rd. Mas Surawijangga), agar menyusul Raden Mas yang ditengarai berada di wilayah Cicurug Pamerangan/ Jampang, lalu Rd. Brajanata memohon agar Rd. Mas  kembali  ke Imbanagara sebagaimana perintah ayahandanya. Namun setibanya di Jampang, Rd. Brajanata merasa betah/ kerasan di Jampang, yang akhirnya beliaupun tidak kembali ke Imbanagara.

versi lain tina sejarah surade nyaeta anu iyeu di handap

Kieu geura : ceuk sakaol carita baheula aya hiji sepuh anu luhung ku elmu, jembar ku pangabisa, sugih ku pangarti, saciduh metuh saucap nyata. Eta sepuh teh wastana EYANG MAS ARYA SANTRI DALEM anu katelah namah EYANG CIGANGSA anu linggih na eta sepuh teh dihiji pikampungan anu ayeunamah kalebetkeun wewengkon surade tapi dina mangsa haritamah can jadi surade sabab nami surade nembe aya saprak kajadian iyeu .
Eyang Cigangsa kagungan saderek istri anu wastana NYI MAS SURADEWI. Anjeuna kacida nyaah tur deudeuhna sabab kana sagal piwuruk teu wurung diturut, hirup teu lepas tina aturan, itungan jeung ugeran. Ari pangawakan Nyi Mas Suradewi, geulis kawanti – wanti, endah kabina – bina, estu geulis bawa ti ajali endah bawa ti kudratna.
Keuna kana babasaan :
Rambut galing muntang
Taar teja mantrangan
Halis ngajeler paeh
Soca cureuleuk seukeut
Pangambung kuwung – kuwungan
Damis kadu sapasi
Waos gula gumantung
Taktak taraju emas
Panangan beuntik ngagondewa
Ramo racut mucuk eurih
Angkeng lengkeh lir papanting
Bitis jaksi sajantung
Pakulitan hejo carulang
Mun seung leumpang lir macan teunangan.
'Kitu kaayaan Nyi Mas Suradewi.

Sok sanajan can rimbitan, Nyi Mas Suradewi geus bubuara di hiji tempat anu teu pati jauh ti lembur cigangsa. Kabungkus ku pasipatanan, di eta lembur anjeuna di angkat jadi pamingpin. Dina ngaheuyeuk dayeuh ngolah nagara estuning pikayungyunen teu cueut kanu hideung teu ponteng kanu koneng estuning adil, jujur tur bijaksana. Atuh kaayan eta lembur jadi subur makmur gemah ripah repeh rapih.
Dina keur meujeuhna hejo lembok raweuy beuweungeun reumbay alaeun, sepi paling towong rampog taya begal ngalalana, Nyi Mas Suradewi ngumpulkeun para abdi katut rahayatna. Anu maksud jeung tujuanana anjeuna seja nitipkeun kakawasaan keur sawatara heula. Sabab anjeuna bade nyumponan pangangkir nu jadi dulurna nyaeta Eyang Santri Dalen di cigangsa. ( didiyeu panginten surade versi baheula nincak masa kajayaan na sabab di pingpin ku pamingpin anu jujur jeung adil sarta nyaah ka masyarakat surade)

Saur Nyi Mas Suradewi :
“Para abdi katut rahayat sakabeh ngahaja ku kaula dikumpulkeun anu maksud jeung tujuanana, kaula seja nitipkeun kakawasaan keur sawatara heula, sabab kaula bade nyumponan pangangkir nu jadi saderek nya eta Eyang Santri Dalem di cigangsa. Kade salila ditinggalkeun sing carincing pageuh kancing, sing saringset pageuh iket, bisi aya hiji hal nu teu di piharep.”
Harita keneh anjeuna miang ninggalkeun ta lembur.
Takdir teu beunang di pungkir. Kadar teu beunang di singlar, di satengahing perjalanan waktu keur meuntas di walungan Cigangsa anjeuna palid kabawa caah nepi kahanteuna jasadna dipulasara di eta lembur anu teu pati jauh ti cigangsa.
Waktu ker ngadenge yen anu jadi pamingpina geu taya dikieuna, sakabeh rahayatna ngumpul bari sedih kingkin sarta leuleus tur lungse, lir kapuk ka ibunan lir kapas kahujanan.
Dina keur kaayaan kitu, datang Eyang Cigangsa ka eta lembur anjeuna biantara.

Saur Eyang Cigangsa :
“Para abdi katu rahayat pangeusi ieu lembur, ngahaja ku Eyang dikumpulkeun, anu lain waktu anu maksud jeung tujuanana, pamingpin aranjeun geus taya dikieuna, urang ngaranan we ieu tempat teh SURADE. Nyaeta itung – itung pangeling – ngeling ngalap ngaran hiji pamingpin anu adil, jujur tur wijaksana.

Para abdi katut rahayat pangeusi eta lembur nyatujuan kana kaputusan eyang Cigangsa.


Tah ti harita ngaran eta tempat teh katelahna SURADE, nyaeta keur pangeling – ngeling ka hiji pamingpin anu adil, jujur tur wijaksana.

sababaraha versi sejarah surade memang seueur tiasa ku urang katitenan, aya nu nyarioskeun yen surade teh asal na ti anu katut turunan anu , aya nu kitu aya nu kiyeu, sejarah memang sejarah ny anaminage sejarah da baheula mah can aya alat tulis atawa kamera jadi kabeneran sejarah surade masih simpang siur, masih di perdebatkeun kunu palinter, tapi keur urang mah salaku urang surade mun ceuk paribasa mah genteng genteng ulah potong, boh kumaha bae oge carita sejarah na surade teh , kumaha wae versina sejarah surade teh najan beda-beda kitu sejarah surade na tp hayu urang pikacinta daerah urang nyaerta daerah surade urang bebenah haja tumaninah urang olah haja ka arah urang mumule urang jaga urang riksa ku urang sadayana salaku urang surade.

mung sakitu atu tiasa di sanggakeun punten upami aya kalelepatan kaluluputan tina ngabahas sejarah surade jampangkulon, mudah - mudahan aya manfaatna keur urang surade khususna atuh umumna mah kangge saha bae anu peryogi kana catatan sejarah surade iyeu, insyallah kapayunna urang ngadamel nyusun sejarah surade versi bahasa nu sanes boh sejarah surade versi bahasa indonesia atanapi sejarah surade versi bahasa inggris atanapi versi bahasa nu sanesna, supados sejarah surade iyeu tiasa ka baca kahartos ku sadayana, sabab surade teh ceuk kolot baheula mah cenah tempat  terakhir kajayaan indonesia, beun dugi kadinya masalah eta mah kin insyallah urang guar dina kintunan salajeng na. 




sejarah surade


Wallahu A’lam Bisshowab.

wassalamualaikum WR WB




About the Author

BERITA HARIAN SURADE

Author & Editor

Blogger Newbe mencoba berbagi dan ingin bermanfaat terhadap sesama.

7 comments:

  1. Salam abdi urang bandung ujung berung,,,,

    ReplyDelete
  2. mantap atuh... walau banyak nu kedah ditanya ulang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah, masih keneh aya nu paduli kana sajarah.. Mugia.. Urang salaku seuweu siwi.. Tiasa janten panerus Bangsa.. Bangsa nu pinuh ajén.inajén kawibawaan.. Bangsa nu mandiri sanes Bangsa nu tuturut munding, tabé pun🙏

    ReplyDelete
  4. Mamanawian aya nu terang sajarah putrana Eyang Cigangsa saha wae? aya nu kenal teu ka Lurah Cigangsa jaman Jepang nu namina Une Natamanggala ?

    ReplyDelete

 
BERITA HARIAN SURADE © 2015 - Designed by Templateism.com | Distributed By Blogger Templates