Thursday, November 24, 2016

MAKALAH ABDUL RAUF SINGKEL


MAKALAH
ABDUL RAUF SINGKEL









Disusun Oleh : Kelompok X
Ketua : Ligar Pamungkas
Anggota :
Insan Nurjaman P
Mujib Pahrezi
Bilah




MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 SUKABUMI
Jl. Pasiripis Des. Pasiripis Kec. Surade Kab. Sukabumi 43179
2016











KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah. Yang maha kuasa kita dapat berdiri, bernafas, serta menghirup udara segar. Sudah sepatutnya kita mensyukuri segala nikmat-Nya tersebut dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Kemudian dari pada itu, dengan datangnya makalah ini kita dituntun untuk dapat mempelajari sehingga dapat mengetahui apa saja informasi yang terdapat di dalam makalah ini.
Sejarah adalah hal kejadian lama yang baik buruknya dapat kita pelajari sebagai bahan menapaki kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang, sejarah islam para wali penyebar islam sangat penting untuk kita pelajari karena banyak pelajaran dan nilai – nilai kehidupan dari para ulia tersebut yang patut kita contoh.
Akhir kata, penyusun berharap dengan ini dapat menambah kreatifitas kita sebagai pelajar khususnya dalam pelejaran agama islam. Sekian terima kasih.

Surade, 02 Nopember 2016


Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .................................................................................       i
DAFTAR ISI.................................................................................................       ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................      
A.    Latar Belakang ..................................................................................       1
B.     Rumusan ...........................................................................................       1
C.     Tujuan ...............................................................................................       1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................      
A.    Biografi Abdurrauf Singkel ..............................................................       2
B.     Jasa dan Hasi Karya Abdurrauf Singkel............................................       4
C.     Teknik Dakwah Abdurrauf Singkel...................................................       5
D.    Wafatnya Abdurrauf Singkel............................................................       6
BAB III PENUTUP......................................................................................      
A.    Kesimpulan........................................................................................       7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................       8




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Syekh Abdurrauf Singkil ( - Kuala Aceh, Aceh 1105 H/1693 M) adalah seorang ulama besar Aceh yang terkenal. Ia memiliki pengaruh yang besar dalam penyebaran agama Islam di Sumatera dan Nusantara pada umumnya. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala).
Inilah ulama besar yang ikut mewarnai sejarah mistik Islam di nusantara. Namanya Sheikh Abdur Rauf Singkel, terkadang ditulis Abdur Al-Ra'uf Al-Sinkili. Mistik Islam itu ia ajarkan melalui Tarekat Syattariyah. Tarekat Syatariyah sendiri mulai muncul di India pada abad 15. Nama Syattariyah dinisbahkan kepada tokoh yang mempopulerkan dan berjasa mengembangkannya, yaitu Abdullah Al-Syattar. Tarekat Syattariyah pernah menduduki posisi penting lantaran tarekat ini merupakan salah satu tarekat yang besar pengaruhnya di dunia Islam. Di Indonesia, tarekat ini lalu dikembangkan oleh Sheikh Singkel.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana biografi kehidupan Abdurrauf Singkel?
2.      Bagaimana Teknik atau metode dakwah Abdurrauf Singkel?
3.      Apasaja jasa dan peninggalan Abdurrauf Singkel?
4.      Bagaimana beliau wafat ?

C.     Tujuan
1.      Untuk dapat mengetahui Bagaimana biografi kehidupan Abdurrauf Singkel?
2.      Untuk dapat mengetahui Bagaimana Teknik atau metode dakwah Abdurrauf Singkel?
3.      Untuk dapat mengetahui Apasaja jasa dan peninggalan Abdurrauf Singkel?
4.      Untuk dapat mengetahui Bagaimana beliau wafat ?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Abdurrauf Singkel
1.      Kelahiran dan Masa Kecil Abdurrauf Singkel
Nama lengkap Abdul Rauf Al-Singkili adalah Amin al-Din Abdul Rauf ibn Ali al-Jawi al-Fansuri As-Singkili. Dia diperkirakan lahir di Singkel, Kabupaten Aceh Selatan pada 1620 M. Ayahnya seorang guru dan mubalig yang bernama Ali berasal dari Persia atau Arabia yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Sesuai dengan gelaran al-Fansuri, ibu Abdul Rauf berasal dari Desa Fansur Barus. Sedangkan gelaran al-Singkili karena dia lahir di daerah Singkel, Aceh. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar agama Islam pada ayahnya sendiri.
Beberapa literatur menyebutkan, ayah Singkel adalah kakak laki-laki dari Hamzah Al-Fansuri, kendati tidak cukup bukti yang meyakinkan bahwa ia adalah keponakan Al-Fansuri. Nama yang terakhir ini merupakan seorang ulama yang juga filsuf yang terkenal dengan pantheismenya. Namun, ada pula yang menyatakan bahwa ayah Singkel, yakni Syeikh 'Ali adalah seorang Arab yang telah mengawini wanita setempat dari Fansur (Barus), sebuah kota pelabuhan tua di Sumatera Barat. Keluarga itu lantas menetap di sana.

2.      Masa Muda dan Pendidikan Abdurrauf Singkel
Abdurrauf Singkil lahir di Singkil, Aceh pada 1024 H/1615 M, beliau memiliki nama lengkap Aminuddin Abdul Rauf bin Ali Al-Jawi Tsumal Fansuri As-Singkili. Menurut riwayat masyarakat, keluarganya berasal dari Persia atau Arabia, yang datang dan menetap di Singkil, Aceh, pada akhir abad ke-13. Pada masa mudanya, ia mula-mula belajar pada ayahnya sendiri. Ia kemudian juga belajar pada ulama-ulama di Fansur dan Banda Aceh. Selanjutnya, ia pergi menunaikan ibadah haji, dan dalam proses pelawatannya ia belajar pada berbagai ulama di Timur Tengah untuk mendalami agama Islam.
Tercatat sekitar 19 guru pernah mengajarinya berbagai disiplin ilmu Islam, selain 27 ulama terkemuka lainnya.Tempat belajarnya tersebar di sejumlah kota yang berada di sepanjang rute haji, mulai dari Dhuha (Doha) di wilayah Teluk Persia, Yaman, Jeddah, Mekah, dan Madinah. Studi keislamannya dimulai di Doha, Qatar, dengan berguru pada seorang ulama besar, Abd Al-Qadir al Mawrir.
Mengenai latar belakang pendidikannya, Abdul Rauf telah mempunyai dasar agama yang cukup kuat. Barulah sekitar tahun 1642 beliau merantau ke tanah Arab. Kepergiannya dikarenakan adanya kontroversi dan pertikaian antara Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani dengan Nurudin ar Raniri dan para pengikutnya. Dengan alasan ini mungkin sekali Abdul Rauf mengetahui semua permasalahan yang mengakibatkan terjadinya pembakaran karya-karya Hamzah Fansuri. Akan tetapi, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kepergiannya ke tanah Arab untuk menunaikan ibadah haji. Selama di tanah Arab, Abdul Rauf belajar kepada sejumlah guru, ulama, dan tokoh mistik ternama di Jeddah, Makkah, Madinah, Mokha, Bait al Faqih, dan tempat-tempat lain. Sebagai orang yang bisa dikatakan paling berpengaruh pada diri Abdul Rauf adalah Syeikh Shafiuddin Ahmad Al-Dajjani Al Qusyasyi, yakni guru spiritualnya di Madinah.
Darinya Abdul Rauf mendapat ijazah dan khirqah untuk menjadi khalifah dalam Thariqat Syaththariyyah dan Qadiriyyah. Abdul Rauf bukanlah sekadar ulama tasawuf, tapi juga ahli ilmu-ilmu lahir seperti tafsir, fiqih, dan hadits. Perpaduan dua bidang ilmu tersebut sangat memengaruhi sikap keilmuan Abdul Rauf, yang sangat menekankan perpaduan antara syariat dengan tasawuf. Ia diperkirakan kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H/1662 M dan mengajarkan serta mengembangkan tarekat Syattariah yang diperolehnya. Murid yang berguru kepadanya banyak dan berasal dari Aceh serta wilayah Nusantara lainnya. Beberapa yang menjadi ulama terkenal ialah Syekh Burhanuddin Ulakan (dari Pariaman, Sumatera Barat) dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (dari Tasikmalaya, Jawa Barat). Karena pola pemikiran Abdul Rauf menarik hati Sultanah Safiyyatudin yang saat itu memerintah Kesultanan Aceh, Abdul Rauf akhirnya diangkat sebagai Qadi Malik al ‘Addil yang bertanggung jawab atas administrasi masalah-masalah keagamaan. Abdul Rauf wafat pada tahun 1693 dan dimakamkan di dekat Kuala Sungai Aceh. Oleh karena itu, beliau mendapat sebutan Teungku di Kuala. Kini, namanya diabadikan menjadi nama sebuah perguruan tinggi di Aceh, yaitu Universitas Syaikh Kuala

3.      Mufti Kerajaan
Selain sebagai penulis yang produktif, Syekh Abdurrauf As-Singkili dipercayakan sebagai mufti kerajaan Aceh pada masanya. Pengaruhnya sangat besar dalam mengembangkan Islam di Aceh dan meredam gejolak politik di kerajaan tersebut. Salah satu kebijakan populis pada abad pertengahan adalah restunya terhadap kepemerintahan ratu-ratu di Aceh.

B.     Jasa dan Hasil Karya Abdurrauf Singkel
Sepanjang hidupnya, tercatat Singkel sudah mengggarap sekitar 21 karya tulis, terdiri dari 1 kitab tafsir, 2 kitab hadits, 3 kitab fiqih dan selebihnya kitab ilmu tasawuf. Bahkan tercatat kitab tafsirnya berjudul Turjuman al-Mustafid (Terjemah Pemberi Faedah) adalah kitab tafsir pertama yang dihasilkan di Indonesia dan berbahasa Melayu. Dia juga menulis sebuah kitab fiqih berjudul Mi'rat at-Tullab fi Tahsil Ahkam asy-Syari'yyah li al Malik al-Wahhab (Cermin bagi Penuntut Ilmu Fiqih pada Memudahkan Mengenal Hukum Syara' Allah) yang ditulis atas perintah Sultanah. Sementara di bidang tasawuf, karyanya yakni Umdat al-Muhtajin (Tiang Orang-Orang yang Memerlukan), Kifayat al-Muhtajin (Pencukup Para Pengemban Hajat), Daqaiq al-Huruf (Detail-Detail Huruf) serta Bayan Tajalli (Keterangan Tentang Tajali). Namun, di antara sekian banyak karyanya, terdapat salah satu yang dianggap penting bagi kemajuan Islam di nusantara yaitu kitab tafsir berjudul Tarjuman al-Mustafid. Ditulis ketika Singkel masih berada di Aceh, kitab ini telah beredar luas di kawasan Melayu-Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Diyakini oleh banyak kalangan, tafsir ini telah banyak memberikan petunjuk sejarah keilmuan Islam di Melayu. Di samping pula kitab tersebut berhasil memberikan sumbangan berharga bagi telaah tafsir al-quran dan memajukan pemahaman lebih baik terhadap ajaran-ajaran Islam. Pada bagian lain, pendapat Singkel terhadap paham wahdadul wujud dipaparkannya dalam karya Bayyan Tajali. Karya ini juga merupakan usahanya untuk merumuskan keyakinan pada ajaran Islam. Dia berujar bahwa betapapun yakin seorang hamba kepada Allah, khalik dan mahluk tetap memiliki arti tersendiri.

C.    Teknik Dakwah Abdurrauf Singkel
Secara umum, Abdul Rauf ingin mengajarkan harmoni antara syariat dan sufisme. Dalam karya-karyanya ia menyatakan bahwa tasawuf harus bekerjasama dengan syariat. Hanya dengan kepatuhan yang total terhadap syariat-lah maka seorang pencari di jalan sufi dapat memperoleh pengalaman hakikat yang sejati. Pendekatannya ini tentu saja berbeda dari pendekatan Nuruddin al-Raniri yang tanpa kompromi. Abdul Rauf cenderung memilih jalan yang lebih damai dan sejuk dalam berinteraksi dengan aliran wujudiyyah. Maka, walaupun ia menentang aliran yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri itu, ia tidak menyatakannya secara terbuka. Lagipula, ia juga tidak setuju dengan cara-cara radikal yang ditempuh oleh Nuruddin (lihat Azyumardi Azra dalam Osman, 1997: 174).
Menariknya, dalam karya-karyanya ia tidak menyebut Nuruddin al-Raniri, yang karya-karyanya mungkin sekali telah dikenalinya, tetapi seolah-olah mengisyaratkan peristiwa tragis yang pernah terjadi, melalui kutipan sebuah hadis: “Jangan sampai terjadi seorang muslim menyebut muslim lain sebagai kafir. Karena jika ia berbuat demikian, dan memang demikianlah kenyataannya, lalu apakah manfaatnya. Sedangkan jika ia salah menuduh, maka tuduhan ini akan dibalikkan melawan ia sendiri” (Johns dalam Braginsky, 1998: 476).
Dengan caranya yang lebih damai ini, ia dapat menahan berkembangnya heterodoksi dalam Islam yang disebabkan oleh tafsir yang kurang tepat terhadap ajaran Hamzah Fansuri dan Syamsuddin as-Sumatrani (Abdul Hadi WM, 2006: 241).
Penekanannya tentang pentingnya syariat dalam tasawuf muncul dalam Umdat al-Muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufradin (Pijakan bagi Orang-orang yang Menempuh Jalan Tasawuf). Di dalam kitab ini, Abdul Rauf menguraikan masalah zikir. Zikir adalah dasar dari tasawuf dan karena itu merupakan metode yang penting dalam disiplin kerohanian sufi. Abdul Rauf membagi zikir menjadi dua, yaitu zikr hasanah dan zikir darajat. Zikir yang pertama tidak mengikuti aturan tertentu, sedangkan zikir yang kedua terikat aturan yang ketat (Abdul Hadi WM, 2006: 241).
Abdul Rauf mengajarkan dua metode zikir, yaitu zikir keras (jabr) dan zikir pelan (sirr). Zikir keras dimulai dengan zikir nafiy (pengingkaran) dan isbat (penegasan), yaitu mengucap la ilaha Illa Allah berulangkali. Zikir ini mengandung penegasan untuk mengingkari selain Tuhan dan peneguhan bahwa satu-satunya Tuhan adalah Allah Ta‘ala. Ini dapat dibaca juga dalam Syair Perahu. Di samping itu terdapat zikir gaib dengan mengucap Hu Allah dan zikir penyaksian (al-syahadah) dengan mengucapkan Allah, Allah. Zikir pelan dilakukan dengan nafas teratur, dengan membayangkan kalimat la ilaha saat menghela nafas dan illa Allah saat menarik nafas ke dalam hati. Tujuan zikir ini adalah pemusatan diri, bukan untuk membayangkan kehadiran gambar Tuhan seperti dalam praktik Yoga Pranayama (Abdul Hadi WM, 2006: 244-245).

D.    Wafatnya Abdurrauf Singkel
Abdurrauf Singkil meninggal dunia pada tahun 1693, dengan berusia 73 tahun. Ia dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh, desa Deyah Raya Kecamatan Kuala, sekitar 15 Km dari Banda Aceh. Namanya kini dilakabkan menjadi nama Universitas Syiah Kuala atau Unsyiah. Universitas itu berada di Darussalam, Banda Aceh.
Syekh Abdurrauf As-Singkili dipercaya memiliki dua makam. Satu berada di Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Satu lagi di Desa Kilangan, Singkil. Makam di Singkil berada di bibir Krueng Singkil. Banyak peziarah mendatangi makam ini, baik dari Aceh maupun dari luar daerah seperti Sumatera Barat.
Sementara di Banda Aceh, lokasi makam Syiah Kuala berada di bibir Selat Malaka. Seperti halnya di Singkil, lokasi makam ini juga banyak dikunjungi peziarah. Bahkan makam dijadikan sebagai lokasi wisata religi di Tanah Rencong oleh pemerintah daerah.
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
      Beliau adalah ulama besar ACEH dan tokoh tassawuf dari Aceh yg pertama kali mengembangkan Ajaran Tharekat Syatariyah di indonesia.  Murid2 beliau banyak sekali, tidak hanya dari Aceh tetapi jg dari berbagai daerah di indonesia. Diantara murid beliau yg menjadi ulama masyhur adalah Syaikh Burhanuddin Ulakan RA, Pariaman Sumbar. Beliau jg dikenal sbg ulama yg berhasil merekonsiliasikan (mendamaikn dan menyatukan kembali) syariah dan tasawuf. Para cendikiawan muslim abad ini mencatat beliau termasuk Ats-Tsalitsul Awal (3 tokoh pertama: Syaikh Nuruddin Ar-Raniri RA, Syaikh Abdur Rauf As-Singkili RA, dan Syaikh Muhammad Yusuf Makasar RA) sbg pembaharu islam di nusantara.
Syekh Abdur Rauf RA lahir di Aceh tahun 1024 H/1615 M. Nama aslinya adalah Aminuddin Abdur Rauf bin Ali Al-Jawi Al-fansuri As-Singkili. Beliau lahir di sebuah kota kecil dipantai barat Sumatra. Ayah beliau yaitu Syekh Ali Al-Fansuri yang juga saudara dari Hamzah Al-Fansuri, merupakan keturunan Syekh  Al-Fansuri dari kalangan ulama Parsi  yg menikahi seorang wanita setempat dari Fansur (Barus) dan bertempat tinggal di Singkel, Al-Fansuri diberi kepercayaan oleh kerajaan memimpin pusat pendidikan yang bernama Daya Blang Pria. Pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Riayat Syah Said Mukammil, 997-1011 H/1589-1604 M, dua orang keturunan Syekh Al-Fansuri itu ( Ali Al-Fansuri & Hamzah Al-Fansuri ) mendirikan dua pusat pendidikan Islam di pantai barat tanah Aceh.



DAFTAR PUSTAKA





About the Author

BERITA HARIAN SURADE

Author & Editor

Blogger Newbe mencoba berbagi dan ingin bermanfaat terhadap sesama.

1 comments:

 
BERITA HARIAN SURADE © 2015 - Designed by Templateism.com | Distributed By Blogger Templates