MAKALAH
MEMAHAMI KALIMAT TAUHID
Disusun
Oleh : Kelompok 2
Anggota
:
Ikin
Sodikin
Wirdah
Yuniar
Siti
Maryam
Dea
Jeni
MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 SUKABUMI
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan kepada
Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada Guru Mata pelajaran serta teman-teman yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tauhid” kami menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa terbuka untuk
menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalammu’alaikum
Wr. Wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Latar
belakang
B. Rumusan
Masala
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna
Kalimat Tauhid
B. Kesitimewaan
Kalimat Tauhid
C. Syarat
dan Rukun Kalimat Tauhid
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Permasalahan
dalam Tauhid adalah permasalahan vital yang ada dalam ajaran Islam, karena
mengandung begitu penting maknanya. Tauhid menjadi hal paling prinsip dalam
Islam yang memiliki kedudukan teratas dalam keimanan seseorang kepada Allah
SWT. Hal ini dikarenakan syarat segala amalan setiap insane kepada Allah SWT
adalah dengan sempurnanya tauhid.
Persoalan
Tauhid telah dibawa dari masa Nabi ke Nabi selanjutnya, karena tujuan dari
adanya ajaran ini agar manusia menyembah hanya kepada Allah SWT. Sehingga,
tidak membuka celah sedikitpun bagi orang-orang yang hendak melakukan tipu
daya. Karena dengan tauhid yang mantap, dengan keimanan yang sempurna segala
ranjau yang telah dipersiapkan setan tidak akan mampu menjerat manusia taat
ini.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa
makna kalimat Tauhid laailaaha illallah?
2. Bagaimana
keistimewaan kalimat Tauhid laailaaha illallah?
3. Bagaimana
syarat dan rukun kalimat Tauhid laailaaha illallah?
C.
Tujuan
Adapun
tujuannya, yakni:
1. Untuk
memahami makna kalimat Tauhid laailaaha illallah,
2. Untuk
mengetahui keistimewaan kalimat Tauhid laailaaha illallah, dan
3. Untuk
mengetahui syarat dan rukun kalimat Tauhid laailaaha illallah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Makna
Kalimat Tauhid laailaaha illallah
Kalimat
Tauhid telah dikemukakan dalam Al-Qur`an lebih dari 30 kali sebagaimana dapat
disimak dalam surat Al-Baqarah, Al-Imran, An-Nisa, Al-An`am, At-Taubah, Yunus,
Hud, Ar-Ra`du, Ibrahim, An-Nahl, Taa-haa, Al-Anbiya, Al-Mu`minu, An-Naml dan
yang lainnya. Hal itu memberikan keyakinan dan bukti nyata bahwa masalah Tauhid
dalam ajaran samawi (Islam) adalah ajaran inti dari ajaran Allah SWT.
Kalimat
Tauhid yang agung laailaaha illallah yakni ‘Tiada Tuhan Selain Allah’ memiliki
arti yang sangat dalam dan luas. Seorang hamba tidak mungkin akan dapat beramal
sesuai yang dikehendaki olehnya, kecuali setelah ia benar-benar memahami makna
yang terkandung didalamnya sehingga ia beramal atas dasar kalimat Tauhid ini
dengan sadar.
Allah
SWT berfirman yang artinya: “Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (Q.S Al-Baqarah: 255). Kata laa
ilaaha menurut bahasa adalah yakni ‘yang disembah’, terambil dari kata illah,
yallah, ilahah yang bermakna yakni ‘menyembah’. Kata laa ilaha mengikuti pola
kata fiil yang bermakna, maful yakni ma;bud
yang disembah.
Sedangkan
la ilaha menurut syara’: yaitu Tuhan satu-satu-Nya yang berhak disembah. Sebab
hanya Dia sajalah yang memiliki sifat-sifat ketuhanan sebagai sifat-sifat
mutlak yang selaras dengan keagungan dan kebesaran-Nya yang tidak akan pernah
dapat diraih, oleh siapapun, kecuali hanya oleh Dia sendiri. Dialah Allah
pencipta segala sesuatu, tidak ada Tuhan selain Dia ‘Maha Suci dan Maha Tinggi
Dia dari apa yang mereka katakana dengan ketinggian yang sebesar-besarnya’.
Oleh karena itu, maka yang harus disembah itu tidak lain hanya Allah yang Maha
Suci dan Maha Tinggi.
Sementara
itu, lafadz allah adalah ‘Isim Alam’ (kata benda khusus) bagi Dzat Tuhan Yang
Maha Suci seperti yang telah diketahui, yakni Isim Alam mutlak yang paling
difinitif. Dialah Allah yang berhak dan harus disembah, dimana segala bentuk
ibadah dan pengabdian dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga harus tetap hanya
diperuntukkan bagi-Nya.
Jadi,
makna laailaaha illallah adalah peniadaan seluruh yang disembah selain Allah
SWT dan merupakan penetapan bahwa menyembah itu hanya diperuntukkan kepada dan
bagi Allah saja. Maka dengan demikian, makna dari laailaaha illallah adalah
peniadaan dan penetapan, yakni meniadakan Tuhan selain Allah SWT dan menetapkan
bahwa Tuhan itu hanya Dia.
B.
Keistimewaan
Kalimat Tauhid laailaaha illallah
Kesempurnaan
Tauhid yang dimiliki oleh seseorang, akan membawa kepada jalan yang lurus dan
Allah SWT akan senantiasa selalu melindungi dan menjamin keselamatannya baik di
dunia maupun di akhirat. Oleh karena sebab itu, Kalimat Tauhid memiliki
keistimewaan yang sangat besar dan luar biasa.
Syekh
Muhammad At-Tamimi dalam kitab Tauhid mengemukakan bahwa `Ubadah bin
Ash-Shamit, mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa bersyahadat
bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya,
dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bersyahadat bahwa Isa hamba Allah
dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari
pada-Nya dan bersyahadat pula bahwa surge adalah benar adanya, maka Allah pasti
memasukkannya ke dalam syurga betapapun amal yang telah diperbuatnya” (HR
Bukhari dan Muslim).[4]
Banyak
nash yang meriwayatkan dan menjelaskan keutamaan atau keistimewaan kalimat
Tauhid, diantaranya sebagai berikut.
Diriwayatkan
dari Abu Sa`id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Musa berkata, ‘Ya
Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdoa kepada-Mu’.
Allah berfirman, ‘Hai Musa, katakanlah laailaaha illallah’. Musa berkata lagi,
‘Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini’. Allah pun berfirman, ‘Hai Musa,
Andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi
diletakkan pada daun timbangan, sedang laailaaha illallah diletakkan pada daun
timbangan lain, maka laailaaha illallah niscaya lebih berat timbangannya’.”
(HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwa hadits ini shahih).
At-Tirmidzi
meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari Anas, aku mendengar Rasulullah
bersabda, “Allah berfirman, ‘Hai anak Adam, seandainya kamu dating-Ku dengan
dosa sepenuh jagad. Sedangkan kamu ketika mati tidak dalam keadaan syirik sedikitpun
kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula’.”
Allah
SWT berfirman.
الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُم
مُّهْتَدُونَ [٦:٨٢]
Artinya:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S Al-An`am).[5]
C.
Syarat
dan Rukun Kalimat Tauhid laailaaha illallah
Pada
dasarnya kalimat Tauhid yang merupakan salah satu rukun Islam yaitu dalam
koridor syahadat, memiliki syarat dan rukun yang harus dicapai untuk
menyempurnakan keimanan kepada Allah SWT.
1.
Syarat
Kalimat Tauhid laailaaha illallah
Syarat
merupakan aspek penting dalam perwujudan tercapainya sesuatu hal. Dalam hal ini
ada tujuh syarat, yakni:
a. Mengetahui,
maksudnya adalah mengetahui makna kalimat Tauhid laailaaha illallah secara
peniadaan maupun penetapan. Sesuai dengan Q.S Muhammad: 19.
b. Yakin,
maksudnya adalah hati meyakini dan membenarkan kalimat Tauhid laailaaha
illallah. Sesuai dengan Q.S Al-Hujurat: 5.
c. Ikhlas.
Sesuai dengan Q.S Al-Bayyinah: 5.
d. Benar,
maksudnya adalah hendaknya pernyataan beriman itu bukan sekedar basa-basi,
sehingga yang bersangkutan benar-benar meyakini bahwa segala yang terkandung di
dalam Al-Qur`an dan segala yang disampaikan oleh Rasulullah SAW benar adanya.
Sesuai dengan Q.S Az-Zumar: 33.
e. Cinta,
maksudnya adalah hendaknya Allah SWT lebih dicintai daripada yang lain dengan
total dan sepenuh hati. Sesuai dengan Q.S Al-Maidah: 54.
f. Berserah
diri kepada Allah SWT baik lahir maupun bathin. Sesuai dengan Q.S Luqman: 22.
g. Menerima,
yaitu tidak menolak apa yang dikehendaki oleh makna yang terkandung dibalik
kalimat Tauhid laailaaha illallah sebagaiman telah digariskan oleh Allah Yang
Maha Bijaksana. Sesuai dengan Q.S Ash-Shaffat: 35-37.
2.
Rukun
Kalimat Tauhid laailaaha illallah
Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, rukun ini berkaitan dengan pembahasan makna
kalimat Tauhid laailaaha illallah. Rukun kalimat Tauhid laailaaha illallah,
yakni:
a. Meniadakan,
maksudnya adalah meniadakan yang lain seluruhnya hanya untuk menyembah,
mengabdi dan berserah diri kepada Allah. Dengan benar-benar memurnikan
peribadatan kepada-Nya.
b. Menetapkan,
maksudnya adalah menetapkan Allah sebagai raja diatas raja, Maha dari segala
Maha.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kalimat
Tauhid laailaaha illallah, yang mempunyai kedudukan paling penting dalam aqidah
seseorang kepada Allah SWT, menjadikannya salah satu kunci mendapat kemenangan
dari Allah SWT. Kesempurnaan iman, hanya akan didapat dengan meninggalkan dan
tidak mendekati perbuatan syirik sekecil apapun itu. Hal ini dikarenakan Allah
SWT sangat membenci para pelaku syirik dan menginformasikan kepada hamba-Nya
bahwa ‘sesungguhnya syirik adalah kezaliman yang amat besar’.
Untuk
mencapai kesempurnaan tersebut pula, seseorang harus mampu mencapai dan
memenuhi syarat dan rukunnya. Semoga kitalah yang senantiasa termasuk
orang-orang yang berusaha menyempurnakan keimanan kepada Allah SWT. Sebagai
wujud cinta kepada Allah SWT.
B.
Kritik
dan Saran
Makalah
ini masih sangat jauh dari sempurna, karena mungkin masih banyak
kesalahan-kesalahan yang terjadi, baik dari penulisan kata, ejaan, paragraf dan
lain-lain. Hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan dan keahlian penulis
sendiri dalam hal ini.
Oleh
karenanya, untuk dapat menutupi hal itu penulis berharap adanya apresiasi yang
diberikan dari pembaca berupa kritik dan saran yang bersifat membangun. Dengan
adanya hal seperti itu, penulis akan mampu melakukan perbaikan terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.
Syarif Hamdan Rajih Madinah Al-Munawwarah, Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah
Muhammad Rasulullah, 2001, hlm. 10
Download
dari blog Adinda Praditya, (E-Book Kitab Tauhid Karya Syekh Muhammad
At-Tamimi), 2004, hlm. 20.
Dr.
Syarif Hamdan Rajih Madinah Al-Munawwarah, Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah
Muhammad Rasulullah, 2001, hlm. 30.
Ibid.
hlm. 29