Daerah
Sukabumi Selatan (Jampang Kulon) tidak terlepas dari sisa-sisa Kerajaan Sunda seperti
Kenekes. Perihal ulinan dimungkinkan dari Raja Sunda Galuh ke 23 Prabu
Bunisora/Prabu Kuda Lalean/Prabu Borosngora/Prabu Guru
Pangandiparamarta Jayadewabrata (1357 - 1371
M)
, yang semasa muda pernah menjadi seorang petapa/resi yang
sakti di daerah Jampang bergelar Batara
Guru. Dari raja ini juga menurunkan orang Sunda Galuh yang pertama kali memeluk agama Islam yaitu
Bratalegawa (Haji Baharuddin Al Jawi/Haji Purwa, Purwa=terdahulu). Perihal
"bimbingan" dari hasil tapa/semedi (atau apapun namanya) dalam menghasilkan suatu ilmu adalah hal yang
lumrah dalam setiap komunikasi transendental yang dilakukan. Cuma tidak semua orang bisa
mendapatkannya meski orang itu merasa berhak karena sudah melakukan proses itu. Dengan
kata lain orang2 ini adalah orang2 pilihan.
Perkara bimbingan itu berbentuk "makhluk", tetap saja itu merupakan hidayah
yang kesemuanya harus melalui proses pemikiran dan intuisi si pelaku untuk
mengambil keputusan. Buat orang2 dulu Ulinan yang disertai kesaktian juga
merupakan hal yang wajar, ibarat orang sekarang yang berpakaian selayaknya
lengkap antara pakaian luar dan pakaian dalam
kan?
kehebatan
seorang tokoh silat disana, namanya Pih Uki (
..-1976), beliau adalah murid
dari Gan Igung yang waktu itu menjabat sebagai penghulu kaum Sukabumi. Gan
Igung ini adalah murid dari Mama haji Ibrahim (hanya yang tidak jelas apakah
mama Haji Ibrahim yang dimaksud adalah R.H.Ibrahim Cikalong atau bukan karena menurut
cerita dari murid-muridnya juga bahwa Mama Haji Ibrahim mendapatkan ilmu
silatnya setelah berpuasa lalu mendapat bimbingan dari mahluk gaib (Jin) yang
bernama bangkara-bangkari. Pih Uki menetap dan menjadi seorang gurubesar silat
di Surade setelah bisa menjatuhkan jawara-jawara di daerah Pajampangan dan daerah
lainnya pada masa itu (± Tahun 19301940 an). Aliran silat yang diajarkannya tidak jelas diterangkan
tetapi istilah yang terkenal diantara murid-muridnya adalah Jurus Lima (hanya 5
jurus dasar) dimana semua jurus ini konsepnya adalah membuang serangan dan menjatuhkan
lawan dengan menggunakan tenaga lawan. Sedangkan untuk langkahnya disebut Gilir
Badan (gerakan maju atau mundur dengan cara menyamping untuk menghindari pukulan
atau tendangan) sedangkan teknik lainnya yang terkenal adalah Gomel (atau kalau
di istilah lain adalah tempelan atau ulin rasa) dimana tangan kita dan lawan saling
nempel atau berpegangan, bila kita yang pegang tangan lawan tidak akan lepas
tapi kalau kita dipegang lawan akan mudah lepas, untuk yang sudah menguasai
teknik ini tidak hanya bisa mengunci gerak lawan, malah bisa melemparkan tubuh
lawan, biasanya latihan Gomel ini dilakukan dalam posisi duduk bersila. Salah
satu ciri khas beliau dalam menjatuhkan lawan adalah hanya dengan menggunakan
satu jari, dan beliau kalau sedang menghadapi lawan yang mencobanya tidak pernah
pasang kuda-kuda karena menurut beliau kuda-kuda akan menunjukan arah serangan,
sehingga musuh menjadi lebih awas. Teknik lain yang diajarkan pada muridnya untuk
menghadapi keroyokan dari berbagai arah adalah Juru Jambe (saya sendiri kurang
begitu tahu tekniknya).malah seringnya
beliau menghadapi serangan dalam posisi duduk. Untuk ukuran beliau teknik yang
digunakan sudah ke permainan rasa serta kecepatan tangan yang tidak bisa
diikuti pandangan mata biasa. Dalam satu cerita dari muridnya, pernah ketika
beliau sedang buang air besar disumpit secara diam-diam oleh muridnya tetapi
jarum/ paser sumpit tersebut bisa ditangkap oleh tangan. Bapak saya pernah
cerita juga. Pada saat pertemuan dimana murid- muridnya semua berkumpul (semua
muridnya sudah tidak ada lawan di berbagai wilayah di pajampangan) mereka ingin
menjajal kemampuan mereka dengan gurunya (Pih Uki), lalu Pih Uki dalam posisi
duduk dan matanya ditutup oleh kain (yang memasang kainnya adalah bapak saya) dikepung
oleh lima orang dan diserang dari berbagai penjuru dengan menggunakan senjata
tajam, tetapi dalam kondisi tersebut (malah tidak terlihat gerakannya oleh mata
penonton) semua muridnya sudah jatuh saling bertumpukan malah ada yang menubruk
dan nyangsang di bilik bambu, sedangkan
senjatanya semua berjejer rapi di hadapan Pih Uki. Apabila ada yang ingin mencoba
beliau, selalu ditanya dulu apakah mau main halus atau kasar, biasanya kalau
yang mencoba meminta jurus yang halus biasanya lawannya itu hanya jatuh ke
tanah, tapi kalau mintanya jurus yang
kasar lawannya biasanya terlempar jauh dan cedera. Murid-murid beliau yang
mumpuni pada masa itu untuk angkatan pertama
adalah
:
- Aa Cicih (Lurah Bangbayang Jampang, walaupun mahir silat ternyata pih Uki tidak bisa ibing Penca, sehingga Aa Cicih menciptakan jurus-jurus ibingan untuk keperluan pakaulan).
- Pih Udin (masih adik sepupunya pih Uki)
- Pih Ja'i (beliau asalnya dari Banten lalu mengembara dan belajar silat di Surade, lalu ngalalana dan memegang daerah di Tanjung Priok)
- Pak Sulaeman (beliau dari Cikarang Sagaranten, rahasia - rahasia jurus diketahui oleh beliau karena sejak mudanya selalu mengikuti dan yang memegang tas pakaian pih Uki kalau sedang ngalalana).
- Haji Sirod (Surade - Jampang)
- Bang Se'an ( beliau orang betawi, pada mulanya jauh-jauh dari betawi ingin mencoba kemampuan pih Uki, tetapi waktu di hadapi oleh muridnya Haji Sirod beliau jatuh, lalu berguru ke pih Uki, kalau melihat romannya waktu itu walaupun sudah tua dan jalannya terpincang-pincang tetapi kesannya tetap liat dan wajah serta tubuhnya ada bekas bacokan)
- Kang Acung (beliau menyebarkan jurus di daerah Ciselut - Sagaranten)
- Guru Badli (Citanglar- Surade, beliau murid Aa Cicih untuk ibingan dan yang paling bagus gerakannya)
- Pa Syafei (Beliau adalah putranya pih Uki dan yang mewarisi rahasia-rahasia jurus lima)
Sedangkan
untuk angkatan kedua (1960 an) yang saya tahu adalah
- Pak Dayat (Mantan Lurah Gunung Guruh Sukabumi, dimasa mudanya beliau adalah juara ibingan ketika ada pakaulan antar perguruan di Sukabumi) setelah pensiun pindah ke Surade, ketika saya ngobrol katanya beliau menuliskan rumus-rumus jurus lima)
- Pa Guru Sadeli (Mantan kepala sekolah SD Cikangkung- Surade, beliau murid langsung dari haji Sirod dan memperbaiki jurus di pih Pih Uki, lalu secara otodidak mengubah teknik jurus lima sehingga mempunyai pakem jurus tersendiri). Hanya saja sepeninggal pak Syafei tidak jelas kepada siapa jurus ini diwariskannya. Selain nama-nama tersebut sebenarnya masih banyak murid-murid lainnya baik yang dilatih langsung ataupun disebarkan muridnya, meliputi wilayah jampang kulon, jampang tengah dan Sagaranten dan daerah lainnya tetapi namanya tidak saya ketahui.
sumber : http://kalibunderthepajampanagn.blogspot.co.id/
Alhamdulillah,saya adalah 1 dari sekian banyak murid Pih Udin,yang kebetulan juga kakek saya
ReplyDeleteItu yang angkatan pertama haji sirod itu sodara kakek saya kayaknya. Kalau pak syapei itu tetangga saya
ReplyDeleteLagi nyari dukun sakti di jampang surade,ada yg bs ngasih recomment
ReplyDeleteMohon info ya
ReplyDelete